ProKlim adalah singkatan dari Program Kampung Iklim, yaitu program nasional yang bertujuan untuk mengurangi dampak perubahan iklim. Program ini dikembangkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Menurut keterangan KLHK dalam laman websitenya, Program Kampung Iklim (ProKlim) diluncurkan sebagai gerakan nasional pengendalian perubahan iklim berbasis komunitas oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tanggal 1 Desember 2016. ProKlim yang telah dilaksanakan sejak tahun 2012, bertransformasi dari memberikan apresiasi terhadap wilayah administratif paling rendah setingkat RW/dusun dan paling tinggi setingkat kelurahan/desa, menjadi mendorong dan memfasilitasi tumbuhnya Kampung Iklim melalui pengayaan inovasi program adaptasi maupun mitigasi perubahan iklim yang dilaksanakan secara kolaborasi antara pemerintah dengan stake holder.
Program ProKlim memiliki beberapa tujuan, di antaranya: meningkatkan ketahanan masyarakat terhadap dampak perubahan iklim, mendukung target penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) nasional, dan menciptakan kampung yang lebih berkelanjutan dari segi lingkungan dan ekonomi. Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, ProKlim melibatkan berbagai pihak, seperti masyarakat, pemerintah, dunia usaha, lembaga pendidikan, dan lembaga non-pemerintah.
Program ProKlim memberikan penghargaan kepada lokasi yang telah melakukan berbagai upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Penghargaan ProKlim mulai dari tingkat Pratama, Madya, Utama hingga tertinggi yang diberikan adalah ProKlim Lestari. Proklim dilakukan dalam rangka mendorong masyarakat untuk melakukan peningkatan kapasitas adaptasi terhadap dampak perubahan iklim dan penurunan emisi gas rumah kaca serta memberikan penghargaan terhadap upaya-upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim yang telah dilaksanakan di tingkat lokal sesuai dengan kondisi wilayah.
ProKlim merupakan program yang memberikan pengakuan terhadap partisipasi aktif masyarakat yang telah melaksanakan upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim yang terintegrasi, sehingga dapat mendukung target penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) nasional dan meningkatkan ketahanan masyarakat terhadap dampak perubahan iklim.
Sebagai bentuk kontribusi warga negara maupun kelompok masyarakat baik desa, dusun maupun kampung, dalam upaya meningkatkan ketahanan nasional dan mencegah kenaikan suhu bumi tidak lebih dari 2°C hingga 1,5°C dari tingkat suhu pra-industrialisasi, maka Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyediakan website srn.menlhk.go.id untuk mewadahi partisipasi masyarakat Indonesia secara luas untuk turut berkontribusi dalam mencegah kenaikan suhu bumi ini.
Manfaat Program Kampung Iklim meliputi: meningkatnya ketahanan masyarakat dalam menghadapi variabilitas iklim dan dampak perubahan iklim; terukurnya potensi dan kontribusi pengurangan emisi GRK suatu lokasi terhadap pencapaian target penurunan emisi GRK nasional; tersedianya data kegiatan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim serta potensi pengembangannya di tingkat lokal yang dapat menjadi bahan masukan dalam perumusan kebijakan, strategi dan program terkait perubahan iklim; tersosialisasinya kesadaran dan gaya hidup rendah karbon; dan meningkatnya kemampuan masyarakat di tingkat lokal untuk mengadopsi teknologi rendah karbon.
Dalam surat keputusan Nomor 11 tahun 2024, yang ditandatangani oleh Ir. Laksmi Dhewanthi, M.A., IPU, Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tentang Penerimaan Piagam Partisipasi Proklim Kategori Proklim Pratama dan Proklim Madya tahun 2024, dimana 2 kelompok masyarakat dari 2 desa dampingan BITRA Indonesia mendapatkan penghargaan ini, disebutkan bahwa, “dalam rangka menyebarluaskan dan mengambangkan ProKlim, dianggap perlu untuk memberikan penghargaan kepada Pelaksana ProKlim sebagai bentuk pengakuan dan mendorong peran aktif para pihak untuk berkontribusi dalam upaya pengendalian dampak perubahan iklim di tingkat tapak”.
“Berawal dari tahun 2019 lampau, Yayasan Bina Keterampilan Pedesaan Indonesia (BITRA Indonesia) mendaftarkan 6 desa dampingannya yang dinilai telah memenuhi syarat sebagai desa ramah iklim ke dalam sistem registrasi nasional (SRN) pada website srn.menlhk.go.id, Kementerian Lingkungan Hidup dan kehutanan (KLHK), untuk Program Kampung Iklim (ProKlim).” Ucap Berliana Siregar, Manajer Community Development and Envirovment (CDE), BITRA Indonesia. Sistem Registrasi Nasional Perubahan Iklim (SRN PPI) adalah sistem pengelolaan, penyediaan data, dan informasi berbasis web tentang aksi dan sumber daya untuk Mitigasi Perubahan Iklim, Adaptasi Perubahan Iklim, dan Nilai Ekonomi Karbon (NEK) di Indonesia.
2 kelompok tani dampingan BITRA Indonesia berbasis di 2 desa di Langkat. Yakni kelompok Agro Lestari di desa Kebun Kelapa dan Kelompok Tani Batang Sirih (KTBS) desa Teluk, keduanya terdapat di kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, telah mendapatkan penghargaan ini dengan masing-masing desa Kebun kelapa mendapatkan penghargaan ProKlim Pratama, atas upayanya mengembangkan demplot tanaman sayur organik dan pengelolaan limbah ternak sapi menjadi biogas yang digunakan untuk memasak. Sementara desa Teluk mendapatkan penghargaan ProKlim Madya atas upaya-upayanya melakukan penelitian partisipatif rural appraisal (PRA) yang berperspektif iklim untuk mengatasi banjir dan kekeringan di lahan pertanian mereka dan upaya advokasi revitalisasi parit Betik dan pengembangan kearifan lokal sistem penyemaian padi yang tahan iklim “lacak”.
Sementara tahun 2023, kelompok tani Horas Jaya dampingan BITRA Indonesia di Simalungun, tepatnya desa Panombean, Kecamatan Panombean Panei telah duluan mendapatkan penghargaan ProKlim kategori Pratama atas upaya mereka dalam menanam pohon pada lahan kosong di desanya, “Kepala Dinas LHK kabupaten Simalungun terlibat dan berpartisipasi langsung dalam upaya-upaya pelestarian ini. Terutama saat menanam pohon.” Terang Riama Simanjuntak, Ketua kelompok tani perempuan Horas Jaya.
“Saya berharap kelompok tidak lekas berpuas diri, inikan baru merupakan langkah awal. Harapannya, dari penghargaan ini akan lebih banyak lagi masyarakat yang terbuka wawasan, meningkat akses dan partisipasinya bahwa ada banyak perhatian para pihak, termasuk negara atas kerja-kerja yang mereka lakukan.” Kata Sudarmanto, staf lapangan BITRA Indonesia sebagai pendamping kelompok.
“Ke depan, kita akan mengembangkan biogas yang sudah dimulai agar energinya dapat dikonversi menjadi listrik, agar dimanfaatkan sebagai penggerak yang dapat digunakan untuk memompa air untuk mengairi lahan pertanian sayur masyarakat”. Tambah Sudarmanto. (Isw)
Tinggalkan Komentar