Divisi RD-ICT (Research Development, Information, Communication and Technologi) adalah divisi yang melakukan kegiatan penelitian, pendokumentasian setiap kegiatan guna mengkampanyekan pada masyarakat, berikut hasil-hasil penelitian BITRA Indonesia:
Studi “Peluang Peningkatan Pertanian Organik di Serdang Bedagai”
Melindungi petani dan lahan juga objek tanam para pelaku pertannian organik adalah sebuah upaya untuk memaksimalkan perbaikan pola pertanian yang alami, sehat, murah, sangat ramah lingkungan, dan regeneratif, karena tanah yang digunakan untuk media tanam, semakin lama semakin subur, bukan semakin mati seperti lahan pertanian yang digunakan untuk pertanian kimia konvensional.
BITRA Indonesia bersama masyarakat dampingannya melakukan penelitian dengan thema” Peluang Peningkatan Implementasi Pertanian Organik di Serdang Bedagai”, sebagai sebuah kabupaten yang mungkin dapat dijakdikan laboratorium alam untuk penerapan disebarluaskannya praktek pertanian organik dan uji regulasi yang memayungi kegiatan organik ini dengan kebijakan Perda Organik, Jika rencana ini terkabul dan ada dukungan kuat dari Pemerintahan Serdang Bedagai.
klik pada cover penelitian atau di sini
Studi “Dampak Penembokan Perencanaan Pembangunan Bandara Internasional Kuala Namu terhadap Masyarakat Desa Pasar VI, Deliserdang, Sumatera Utara”
Tahun 1997 awal persiapan pembangunan bandara internasional Kuala Namu. Krisis ekonomi memaksa rencana pembangunan ditunda. Saat terjadi kecelakaan pesawat Mandala Airlines September 2005 yang jatuh sesaat setelah lepas landas dari bandara Polonia. Kecelakaan merenggut nyawa Gubernur Sumatra Utara, Tengku Rizal Nurdin, juga menyebabkan beberapa warga yang tinggal di sekitar wilayah bandara meninggal dunia akibat letak bandara yang terlalu dekat dengan pemukiman. Hal ini menyebabkan munculnya kembali desakan agar bandara udara di Medan segera dipindahkan ke tempat yang lebih sesuai.
Proses pembangunan bandara baru Kuala Namu masih menyisakan kisah duka pada warga (penduduk asli) desa Pasar VI Kuala Namu yang kampungnya dijadikan pembangunan mega proyek bandara internasional tersebut. Kerugian yang di derita warga setelah didirikannya tembok rencana pembangunan bandara belum diselesaikan. Penghilangan sumber-sumber penghidupan warga merupakan pelanggaran HAM berat. klik pada cover penelitian atau di sini
Studi “Kebijakan UMKM di Kab. Serdang Bedagai & Aplikasinya pada Unit Usaha Kerajinan Masyarakat Pasar Bengkel, Perbaungan”
Berkaitan dengan berbagai kebijakan pemerintah, hal yang perlu mendapat perhatian serius untuk masa mendatang adalah komitmen pemerintah terhadap pemulihan ekonomi nasional yang bermuara pada peningkatan kesejahteraan rakyat. Patut dipertanyakan, sampai kapan pemerintah dan elit politik bangsa ini sibuk mencari jalan untuk menyelamatkan para pengusaha dan pejabat nakal yang sudah ‘menggelapkan’ uang negara? Sebetulnya, kalau saja komitmen pemerintah dan elit politik kita terhadap kepentingan 210 juta manusia Indonesia jelas dan tegas, pemulihan ekonomi nasional sudah menemukan dan menjalankan langkah-langkah strategisnya. Kenapa negara lain, seperti Thailand, bisa pulih lebih cepat? Kendati pemerintah telah mencabut perpanjangan PKPS (Penyelesaian Kewajiban Pemegang Saham), tidak secara otomatis perhatiannya terhadap usaha mikro, kecil, dan menengah menjadi lebih besar. Padahal, sektor usaha kecil dan menengah ini merupakan tulang punggung nasib perekonomian rakyat. klik cover penelitian atau di sini
Studi “Pemetaan & Analisis Kasus Tanah Ulayat di Tapanuli Selatan” (Suatu Pendekatan Yuridis & Politis)
1. Mengapa masalah tanah ulayat merupakan isu/masalah tanah ulayat merupakan isu/masalah terbesar di daerah penelitian?
2. Mengapa swasta dan pemerintah berperan sebagai akctor utama dalam penguasaan atas tanah ulayat?
3. Mengapa Pemerintah Daerah, baik DPRD maupun kepala daerah, tidak memberikan perhatian yang cukup atas masalah tanah ulayat di Tapanuli Selatan, khususnya di daerah penelitian?
4. Mengapa kelompok-kelompok kepentingan (interests groups) tidak mampu mempengaruhi para pembuat kebijakan (policy-makers) pada tingkat lokal untuk mengagendakan isu/masalah tanah ulayat?. klik pada cover penelitian atau di sini
Dampak Sosial, Ekonomi & Lingkungan Kebun Polikultur (Perkebunan Tanaman Campuran)
Penelitian ini bertujuan menilai dampak pelaksanaan kegiatan pendampingan pertanian polikultur dari program community development BITRA Indonesia terhadap kelompok tani yang berada di empat kecamatan (kecamatan Pancur Batu, Kutalimbaru, Namo Rambe dan Sibolangit). Tujuan umum penelitian ini adalah:
a. Menilai dampak pendampingan pertanian polikultur dari program community development BITRA terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat dan dampak lingkungan serta terhadap kelembagaan kelompok masyarakat
b. Mengetahui proses pelaksanaan kegiatan pendampingan pertanian polikultur pada kelompok tani dampingan yang berpengaruh pada hasil; dan
c. Mempelajari pengalaman dampingan kegiatan pertanian polikultur dalam rangka pengembangan kebijakan dan perancangan kegiatan lanjutan. klik pada cover penelitian atau di sini
Analisis Dampak Sosial, Ekonomi & Ekologi Rencana Pembangunan Bandara Internasional Kuala Namu
Dengan iming-iming pohon berdaun emas dan kesejahteraan yang gilang-gemilang, tahun 1890, nenek moyang mereka dibawa Hindia Belanda untuk meretas hutan rimba belantara Sumatera menjadi kebun tembakau. Setelah kebun tembakau beroperasi orang-orang Jawa yang biasa disebut koeli contract ini menjadi buruhnya.
Jangan pohon berdaun emas atau kesejahteraan gilang-gemilang, setelah Indonesia merdeka lalu seluruh perkebunan Belanda di nasionalisasi-pun mereka masih tetap menjadi buruh kebun yang ulet, tekun dan setia. Sampai pada “zaman pembangunan” dimana bandara internasional telah menjadi kebutuhan yang “harus”, sebagai pengganti bandara Polonia Medan, dibangunlah bandara Internasional Kuala Namu. Nasib mantan orang kontrakan tersebut justru semakin gelap & suram, tempat tinggal mereka-pun akan direnggut oleh penguasa “pembangunan” dengan legitimasi konstitusi. Perjuangan demi perjuangan dilakukan untuk memperoleh hak yang amat dasar. Tuntutan relokasi membentur kuatnya tembok raksasa bandara. Buka Hasil Riset.
Riset Pemetaan Sosial Demografi Kemiskinan di Serdang Bedagai
Masalah kemiskinan akhir-akhir ini muncul kembali ke permukaan sebagai suatu reaksi atas kenyataan bahwa perkembangan perekonomian dunia yang tidak berimbang telah menimbulkan kesenjangan sosia, ekonomi, dan politik, baik antar negara, antar daerah maupun antar kelompok masyarakat.
Bagaimana di Kabupaten Serdang Bedagai, hal ini terjadi…? Silahkan simak hasil riset yang dilakukan BITRA Indonesia, Medan berkolaborasi dengan para akademisi dari Universitas Sumatera Utara.
Studi Keunggulan Polikultur (Kebun Tanaman Campuran) di Kabupaten Deli Serdang
Bagaimana perbandingan antara perkebunan rakyat dengan pola monokultur atau kebun dengan tanaman sejenis, terutama kelapa sawit dengan kebun rakyat pola tanaman campuran atau polikultur yang diwariskan oleh nenek moyang orang Indonesia khususnya yang tinggal di dataran tinggi dan daerah aliran sungai…?
Bagaimana pula keuanggulannya dari sisi ekonomi, sosial, budaya, kesehatan dan bahkan yang paling penting untuk semua makhluk hidup adalah keuanggulannya untuk daya dukung lingkungan yang paling tinggi….? Untuk mengetahui jawabannya ada pada hasil riset yang dilakukan dalam skala kecil di kabupaten Deli Serdang ini.
Dalam buku berjudul kemiskinan dan perlindungan Sosial di Indonesia mengagas model jaminan social universal bidang kesehatan Edi Suharto (2009) mengatakan dampak ekonomi terhadap berbagai program penanggulangan kemiskinan, dilihat dalam dua demensi yakni demensi pengurangan pengeluaran & penambahan pendapatan. Lebih lanjut Edi Suhorto menjelaskan dua demensi terkadang mampu hadir secara bersama dalam satu program, namun adakalanya hadir secara terpisah.
Peningkatan terjadi pada kehidupan masyarakat dampingan yang diukur dalam riset ini. Rata-rata di atas 60 persen masyarakat dampingan BITRA menyatakan hal tersebut dalam temuan riset pihak independen ini. Terutama peningkatan ekonomi keluarga dan peningkatan pengetahuan substansial bertani organic. Namun pada pemahaman dan tindakan nyata tentang perbaikan lingkungan dirasakan masyarakat kurang yakin, yakni hanya 41,7% yang yakin dan 58,3% ragu-ragu. Hal ini dikarenakan masyarakat mempersepsikan bertindak secara organic bukan bagian dari perbaikan lingkungan.