TC Kebun Polikultur (TCSS)

TC PPPT Mangga Dua

Info Desa

Partners

Past Supporting Partners & Experience

Majalah/Newsletter

Hasil Riset

Flag Counter

Pertanian Organik Cegah Perubahan Iklim

01/02/2013 , ,

Kompos-3Pertanian organik ternyata sangat bermanfaat bagi upaya pelestarian lingkungan dan ikut berkontribusi dalam pencegahan perubahan iklim. Disebabkan sistem pertanian organik mampu menyimpan lebih banyak karbon, yaitu salah satu emisi gas rumah kaca (GRK) yang menyebabkan pemanasan global.

Hasil penelitian Research Institute of Organic Agriculture (FiBL) dari Swiss yang dirilis Soil Association pada Oktober 2012 lalu menunjukkan bahwa sistem pertanian organik menyimpan lebih banyak karbon (sekitar 95%) dibanding pertanian konvensional. Simpanan karbonnya bahkan lebih tinggi hingga mencapai 3,5 ton.

Tingginya potensi penyimpanan karbon pada metode pertanian organik tersebut disebabkan oleh sistem pengelolaan pertanian organik yang lebih berimbang (mixed farming). Ditambah lagi pola rotasi tanaman dan ternak, yaitu dengan sistem daur ulang pemanfaatan kompos dari kotoran hewan sebagai pupuk tanaman. Sistem ini memungkinkan metode pertanian organik tersebut mengembalikan lebih banyak karbon ke tanah.

Adanya berbagai temuan ini tentu sangat berguna sebagai rekomendasi bagi pemerintah untuk mengampanyekan pola pertanian organik. Termasuk di negara-negara berkembang yang rawan akan dampak pemanasan global dan perubahan iklim. Dengan kata lain, pertanian organik dapat membantu program mitigasi perubahan iklim.

Di Indonesia, menurut Wahyudhi, direktur BITRA Indonesia, kesadaran para petani melakukan praktek pertanian organik mulai tumbuh dan berkembang secara signifikan. Isu pertanian organik ini makin menguat seiring dengan berkembangnya isu back to nature (kembali ke alam). “Para petani bahkan mulai menyadari betapa pentingnya pertanian organik bagi pelestarian lingkungan, keberlangsungan rantai makanan di alam, dan juga untuk mengurangi dampak perubahan iklim,” jelasnya.

Wahyudhi juga menilai, ada beberapa aspek yang memengaruhi pola pikir para petani kita untuk beralih dari pertanian konvensional atau pertanian kimiawi ke pertanian organik. “Selain dosis pupuk yang dapat merusak unsur-unsur hara dalam tanah dan harganya yang menaik, faktor kesehatan juga jadi pertimbangan bagi petani untuk beralih ke pertanian organik,” paparnya.

Kaitannya dengan perubahan iklim, tambah Wahyudhi, membuat para petani semakin menyadari bagaimana pergantian musim yang kini cenderung tidak menentu (anomaly). Dampak perubahan musim ini jelas memengaruhi pola tanam pertanian dan juga ketahanan pangan. Dengan kata lain, praktek pertanian kimiawi (yang menggunakan racun pestisida dan pupuk kimia) tersebut juga memengaruhi perubahan musim dan sangat merusak ekologi, serta menghancurkan ekosistem yang ada di alam. “Adapun program pertanian organik dan kebun tanaman campuran (polikultur) merupakan respons BITRA Indonesia terhadap fenomena alam dan lingkungan yang makin hari makin buruk kualitasnya,” katanya. (juhendri)

Search

Arsip

Desa Penerap SID di Sumut

Data Kelompok

Kab/Kota Lk Pr Jlh Jlh Kel
Langkat 173 142 315 12
Binjai 26 31 57 3
Deli Serdang 783 766 1549 31
Serdang Bedagai 815 620 1435 49
Tebing Tinggi 36 126 162 5
Batu Bara 26 170 196 5
Lab Batu Uatara 490 306 796 2
Jumlah 2349 2161 4510 107