Tidak mudah menghasilkan satu produk yang memiliki kualitas baik. Setidaknya ini dirasakan Suwaldi, salah seorang pelaku usaha yang mulai bisnis pada Bubuk Instant Sari Kedelai sejak setahun terakhir.
Suwaldi yang menetap di Jalan Marelan Raya, Gang Manggis No 24 ini mengatakan, untuk memproduksi sari kedelai yang memiliki kualitas baik, dibutuhkan waktu delapan bulan untuk melakukan penelitian. “Bubuk instant sari kedelai ini baru dua bulan ini kami pasarkan,” kata dia saat ditemui MedanBisnis, di Kantor BITRA Indonesia, Jalan Bahagia By Pass Medan, Rabu (3/10).
Untuk tahap awal kata dia, produk tersebut dipasarkan melalui komunitas BITRA yang selanjutnya dijualkan kepada pasien-pasien yang ditangani praktisi pengobatan alternatif BITRA yang jumlahnya mencapai 80-an orang.
Sementara untuk bahan baku, Suwaldi yang juga manajer koperasi Bitra Bahagia ini mengaku mendatangkannya dari Aceh 90% dan sisanya dari tempat lain.
Selain memberdayakan komunitas BITRA, dia juga melirik pangsa pasar lokal umum. “Meski usainya baru dua bulan dipasarkan, namun sari kedelai ini sudah sampai ke beberapa kabupaten/kota di Sumatera Utara, seperti Deliserdang, Langkat, Labuhan Batu Utara (Labura) dan Tanjungbalai,” jelasnya.
Mengenai harga jual, bubuk instant sari kedelai buatannya itu dijual seharga Rp 20.000 per kotak dengan berat 250 gram. Sedangkan untuk kemasan yang beratnya 500 gram dijualnya dengan harga Rp 35.000 per kotak.
Disebutkannya, sari kedelai selain memiliki kadar serat yang banyak juga memiliki khasiat yang baik bagi kesehatan. Ini tidak merangsang pertumbuhan penyakit bahkan dapat memperbaiki struktur jaringan tubuh. “Produk sari kedelai kami ini tidak menggunakan zat pengawet dan tanpa gula,” aku Suwaldi.
Terhadap bahan baku berupa kedelai, dia mengaku sedikitnya membutuhkan 3 ton kedelai dalam sebulan untuk menghasilkan sari kedelai instan sebanyak 3.000 kotak atau 1.500 kg. “Sari kedelai instan yang kami produksi ini umumnya habis terserap pasar bahkan kurang. Itu karena permintaannya cukup besar, mencapai 6.000 kotak dalam sebulannya,” ucap Suwaldi.
Sedangkan tantangan dalam proses pengerjaannya, Suwaldi menyebutkan, proses pengayakan menjadi hal tersulit. Karena selain membutuhkan waktu yang lama yakni delapan jam, juga harus dikerjakan lima orang pekerja. Selain itu, persoalan modal. “Kami masih membutuhkan modal untuk pengembangan usaha ini,” tandasnya. (cw 01)
Sumber: www.medanbisnisdaily.com