Meskipun penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) belum menyentuh desa ini, namun warga Dusun II Namo Buah Desa Silebo-lebo Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deliserdang tidak patah arang untuk terus berusaha. Berawal dari tujuh orang petani dan peternak unggas sejak 20-an tahun silam membentuk koperasi, masyarakat di desa ini kini bisa menikmati jerih payahnya hingga sampai 2003 secara resmi terbangun Credit Union (CU) Aman Damai.
Musim Ketaren, Bendahara CU Aman Damai, mengakui, untuk membentuk sebuah lembaga keuangan desa ini sebenarnya tidak terlalu sulit. Setelah mendapat modal kepercayaan dari masyarakat, kini koperasi ini telah memiliki anggota sebanyak 321 orang yang mayoritas berprofesi sebagai petani.
“Berbeda dengan perbankan, namun secara sistem dan manajemen, tetap profesional. Tidak ada target anggota dan kualifikasi berapa lama anggota bergabung baru bisa meminjam uang dengan jumlah banyak. Yang penting percaya dan jujur kami pasti memberikannya,” ujarnya kepada MedanBisnis, Minggu (22/4).
Dari hal tersebut, koperasi yang dinaungi oleh Yayasan Bitra Indonesia ini sampai sekarang sudah mengelola dana sebesar Rp 2,8 miliar. Satu jumlah yang tergolong besar untuk kelas koperasi yang letaknya sangat jauh dari perkotaan. Bahkan dari penuturan Musim, pada 2011 koperasi ini memperoleh keuntungan (sisa hasil usaha/SHU) sebesar Rp 198 juta.
Ditanya bagaimana cara bergabung, Musim yang ditemani Restu Aprianta Tarigan selaku pendamping CU Aman Damai mengatakan, sangat mudah. Ketika masuk anggota dikenakan biaya administrasi Rp 10.000 dan simpanan pokok Rp 20.000 serta simpanan wajib Rp 20.000.
Seterusnya, anggota hanya diwajibkan membayar simpanan wajib sebesar Rp 20.000 setiap bulan. Bagi anggota yang ingin meminjam uang, koperasi ini sendiri mempunyai mekanisme yang telah disepakati bersama yaitu minimal tiga bulan anggota setelah bergabung baru boleh meminjam uang, kurang dari waktu itu anggota lain dan manajemen koperasi tidak mengizinkan.
“Kami menerapkan sistem 1×3. Artinya jika dana anggota di koperasi Rp 1 juta maka ia boleh meminjam Rp 3 juta dan begitu seterusnya. Awalnya pinjaman yang dilakukan anggota tidak terlalu besar tetapi sekarang sudah sangat berbeda beberapa di antaranya sudah ada yang berani meminjam Rp 20 juta dan akan kami kembangkan untuk mencapai angka pinjaman Rp 50 juta per orang,” ujarnya.
Ia menambahkan, lama pembayaran pinjaman oleh anggota tidak jauh berbeda dengan perbankan, yaitu 10-30 bulan atau tergantung kemampuan dan kesepakatan antara anggota dengan koperasi. Meski asing dengan istilah Non Performing Loan (NPL), orang-orang yang ada di lingkup koperasi dengan cepat mengatakan bahwa untuk kredit macet sangat minim terjadi. Tercatat dari data yang mereka miliki kredit macet hanya berkisar 0,4%, dari redit yang mereka berikan.
“Dulu ada perbankan nasional yang mengajak kami bekerjasama dan kami tolak. Lebih baik berjalan secara kekeluargaan dan tidak ada aturan yang ketat. Koperasi intinya lebih adil ketimbang bank,” ujar Musim sembari mengaku koperasi tersebut sekarang sudah mempunyai 12 orang staf.
Manager Riset Development Information Communication and Technology Yayasan Bitra Indonesia Iswan Kaputra, menjelaskan CU Aman Damai menjadi mitra binaan dari yayasan yang mereka kelola. Terdapat 38 CU yang telah mereka bina di kawasan seperti Langkat, Binjai, Deliserdang, Serdang Bedagai dan Labuhan Batu Utara. ”Intinya kami memberikan konsultasi teknis dan kelembagaan dengan praktik pelatihan-pelatihan yang rutin dilaksanakan setiap bulan. Kami berharap dengan adanya CU bisa menguatkan eksistensi koperasi di perkampungan tanpa campur tangan perbangkan yang memang tidak menguntungkan sama sekali masayarakat pinggiran,” ujarnya.
Lanjut Iswan, pada tahun ini mereka menargetkan akan terbangun 10 CU baru di beberapa kawasan lain. Syaratnya sendiri hampir sama, wilayah yang akan masuk dalam program kerja Bitra harus didominasi masyarakat marjinal atau penghasilan masih rendah.
Ia mengaku Bitra pertama kali memperkenalkan Credit Union tahun 1986 di wilayah Serdang Bedagai dan sekarang sudah mandiri dan tidak perlu dipantau seperti CU lainnya.
Iswan menyebut, selain aktif melakukan kegiatan ini, Bitra juga mempunyai beberapa program seperti advokasi tanah dan lingkungan hidup, community development, pertanian selaras alam, kesehatan alternatif, pemasaran bersama usaha tani. (dewantoro).
Sumber: www.medanbisnisdaily.com