MedanBisnis – Serdang Bedagai. Pola persawahan mina padi semakin diminati petani, khususnya di Serdang Bedagai (Sergai). Jika sebelumnya pola ini banyak dilakukan petani di Kecamatan Teluk Mengkudu dan Tebingtinggi, kini Kecamatan Serba Jadi juga mulai menggeliat untuk mengikuti rekan-rekan petani yang lebih dahulu mendapatkan nilai tambah dari lahan sawahnya.
Bupati Sergai Soekirman mengatakannya kepada MedanBisnis ketika melakukan panen perdana pertanian mina padi di Dusun 6, Desa Pulau Tagor, Kecamatan Serba Jadi, Senin (29/1).
Dikatakannya, sejak tahun 2010, Kabupaten Sergai bekerjasama dengan Balai Penyuluh Pertanian, Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, Perikanan dan Kelautan, selalu mengadakan percobaan kombinasi padi dan ikan.
Bahkan 2010 yang lalu, ada udang galah campur padi (Ugadi) di Desa Jambur Pulau, Perbaungan. Sekarang ini, minat masyarakat intensifikasi dan menambah hasil padi dan ikan tumbuh di mana-mana walaupun statistik tertinggi masih di Perbaungan dan Tebingtinggi.
Dijelaskanya, kelebihan mina padi salah satunya mengurangi penggunaan pupuk kimia yang dalam waktu lama dapat menimbulkan dampak negatif terhadap tanah.
Dengan mina padi, hama wereng yang biasa bertengger di batang padi yang ada airnya akan dimakan ikan. Kemudian, keong mas yang ada di sawah juga dapat menjadi teman petani yang akan memakan rumput sehingga tidak diperlukan penyemprotan herbisida.
“Karena pengeluarannya bisa dikurangi, pendapatan petani bisa lebih baik. Tanahnya pun semakin membaik,” katanya.
Soekirman menambahkan, petani di Teluk Mengkudu mengembangkan mina padi dibantu Bank Indonesia dan kemarin sudah passing out (panen) dan memproduksi padi organik yang sangat baik.
“Kita malah sudah akan bekerjasama dengan Perhimpunan Penyuluh Pertanian untuk memasarkan padi organik untuk pesawat Garuda, Angkasa Pura. Jadi untuk penumpang di kelas bisnis sudah bisa makan beras organik dari Sergai. Garuda sudah datang, mempelajari produksinya, kontinuitasnya, katanya.
Dijelaskannya, luas pertanian padi di Sergai saat ini antara 37.000 – 40.000 hektare dengan pola dua kali panen. Namun, untuk pertanaman organik diakuinya masih belum luas.
Sebagai contoh, di Perbaungan delapan hektare di Teluk Mengkudu 14 hektare. “Tapi kalau untuk System Rice Intensification, (SRI), memang sudah sampai 1.400 hektare,” katanya.
Kepala Balai Budidaya Perikanan Air Tawar Dirjen Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan di Jambi Ahmad Jauhari mengatakan, pengembangan mina padi tahun pertama 2017 ada 50 hektare yang tersebar di Sergai (10 hektare), Jambi (10 hektare), Aceh (15 hektare), Pasaman Barat (15 hektare). Jika program ini berhasil, menurutnya, sangat memungkinkan akan ditingkatkan lagi menjadi 30 – 50 hektare per daerah.
Dalam program ini, kata dia, pihaknya memberikan bantuan benih yang diberikan 20.000 ekor nila per hektare. Jenis ikan tergantung permintaan dari petani. Untuk pakan, dikatakannya, untuk saat ini masih pakan buatan pabrik. Ke depannya, pihaknya akan mendorong terbentuknya inovasi kelompok.
“Untuk yang sudah dilaksanakan ini, bibit ikannya masih dari Balai. Nantinya, bisa dari masyarakat pembenih yang bersertifikat. Kami juga mendukung masyarakat pembenih yang bersertifikat. Di Sumut, pembenih sertifikat setiap tahun bisa bertambah. Jumlahnya lebih dari ratusan se-Sumatera,” katanya.
Direktur Bina Ketrampilan Pedesaan (Bitra) Indonesia Wahyudi mengatakan, program mina padi ini dilakukan atas kerjasama petani, Pemkab Sergai, Balai Budidaya Perikanan Air Tawar Dirjen Perikanan Budidaya dan Bitra Indonesia. (dewantoro)
Sumber: http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2018/01/31/335702/petani_semakin_minati_pertanian_pola_mina_padi/