Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi telah membicarakan tindak lanjut proyek kerjasama Decent Work to Food Security and Sustainable Rural Development (DWFSSRD) yang telah berjalan sejak 29 Mei 2015 terkait peningkatan pembangunan desa di Indonesia.
Pembicaraan itu berlangsung saat pertemuan antara Menteri Desa, Marwan Jafar dengan Mark Smulders selaku perwakilan FAO dan Franscaesco d’Ovidio sebagai ILO Country Office for Indonesia and Timor Leste pada Kamis (28/4) di kantor Kementerian Desa PDTT Jakarta.
Dalam pertemuan yang digelar tersebut, Menteri Marwan memaparkan beberapa hal yang telah dicapai oleh Kementerian Desa sehubungan dengan tindak lanjut proyek DWFSSRD, seperti di antaranya penyediaan infrastruktur di empat kabupaten Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang sudah mencapai angka 7,7 Juta US Dolar.
“Intervensi kami sejak kerjasama ini ditandatangani tahun lalu hingga hari ini adalah penyediaan infrastruktur di 4 kabupaten di Provinsi NTT dalam bentuk pembangunan embung, PLTS, sumur bor tenaga surya untuk irigasi pertanian, pembaharuan dermaga, sarana pendidikan, dan lain sebagainya,” ujar Menteri Marwan Jafar.
Marwan Jafar juga menegaskan bahwa meski dana yang dibutuhkan dalam mengimplementasikan poin-poin kerjasama belum maksimal, Menteri Desa pertama ini mendorong agar FAO dan ILO memfokuskan intervensi pada satu daerah sebagai pilot project demi mengoptimalkan intervensi kerjasama kedua belah pihak. Selanjutnya, Marwan mengaku pihaknya tengah melakukan pembicaraan dengan Islamic Development Bank (IDB) sebagai donor untuk membiayai program kerjasama tersebut.
“Kiranya FAO dan ILO tetap berkomitmen untuk melanjutkan implementasi proyek ini, meski dana belum maksimal. Fokus terhadap satu daerah intervensi sebagai pilot project bisa menjadi upaya kita dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan dan pengurangan kemiskinan secara berkelanjutan pada masyarakat pedesaan yang paling rentan dan kurang beruntung, yang salah satunya berada di provinsi NTT,” ujar Marwan.
Mark Smulder menyambut positif paparan yang disampaikan oleh Menteri Marwan. Dari hasil pertemuan tersebut, Mark mengaku akan mempelajari beberapa hal yang memungkinkan untuk mendapatkan bantuan dari FAO. Menurut pihaknya, infrastruktur di Indonesia terutama di kawasan timur yang belum memadai menjadi perhatian serius hingga saat ini.
“Yang masih menjadi tantangan dan kendala hingga saat ini adalah infrastruktur yang kurang memadai. Ini harus menjadi perhatian,” kata Mark.
Di sisi lain, Franscaesco juga memberikan tanggapan terkait focus intervensi pada satu pilot project yang digagas oleh Menteri Marwan Jafar. Hal itu menurut Frans dapat mewujudkan langkah yang lebih kongkrit untuk mengentaskan kemiskinan dan daerah-daerah yang membutuhkan bantuan.
“Ide membuat satu pilot project dalam rangka membentuk desa maju sangat bagus untuk diterapkan. Ini bisa langkah konkrit sekaligus focus pemerintah pada daerah yang ada dalam kemiskinan serta membutuhkan bantuan,” ujar Franscaesco.
Kerjasama Kementerian Desa dan FAO dan ILO dalam bentuk Decent Work to Food Security and Sustainable Rural Development (DWFSSRD) hingga saat ini telah melakukan beberapa hal di NTT, diantaranya pelatihan kewirausahaan bagi 600 petani di Kabupaten Kupang, peningkatan akses pasar bagi para petani, pembangunan serta bimbingan pembibitan rumput laut di Sumba Timur. Kerjasama ini selanjutnya diharapkan dapat merambah ke aspek yang lebih luas, seperti pendistribusian dan pemanfaatan dana desa yang efektif dan efisien di tingkat masyarakat desa. (Ahmad Mutiul)
Sumber: http://www.katakini.com/mobile/berita-dihadapan-delegasi-fao-dan-ilo-ini-kata-menteri-marwan-soal-desa.html
Foto: http://www.kemendesa.go.id